Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2018

Destiny

Aku percaya! Kamu adalah mimpi yang ingin kuraih ☺️ Seseorang yang ingin aku perjuangkan Yang membuatku tersenyum bahagia saat melalui pahitnya luka masa lalu  Percayalah! Jika takdir, Kita akan bertemu suatu saat nanti. 

Asing

Hai kamu! Ya, kamu yang sekarang menjadi orang asing bagiku.  Masih ingatkah kenangan kita yang dulu? Sayangnya, kamu mungkin sudah lupa. Kamu sudah sibuk dengan orang yang kamu cintai. Bersenda gurau dengannya, lalu tersenyum bahagia. Aku iri, tapi apalah dayaku melarangmu. Aku hanya bisa melihatmu tersenyum dan bertingkat bodoh di depannya. Sedangkan aku, aku sudah lama pudar dari ingatanmu. Sungguh! Terkadang aku menyesali pertemuan kita. Jika aku tahu akhir yang begini, aku tak akan memulainya. Aku terluka, tapi meninggalkanmu adalah awal bahagiamu. Bagaimana tidak, kamu nyatanya selalu ada untuknya yang kamu sayangi. Selamat berbahagia dengan pilihanmu, dan jangan kembali lagi jika suatu kamu terluka. Jika pun kamu datang mencariku, aku sudah tak disana untukmu. Mungkin saja aku sudah bertemu orang yang sudah ditakdirkan oleh-Nya untukku. Padang, 9 November 2018

Renjana

Tentang rasa, adalah anjangsana hati yang kembali bersemi Menggelegar dalam lakuna hati yang semula sunyi Menjelma laksana euforia dalam nyanyian temaram senja Sebuah rasa terkadang membuat kata tak tertata Nayanika sang penyair rindu, bertapa diam di bawah gemintang malam Jauh, tak mampu digenggam, bersemedi dalam tatapan penantian Renjana tentang rindu, bergemuruh dalam sendu Lakuna yang semula bagai candramawa Dan kini dipenuhi pancarona nan memesona Meraki eratkan retorika renjana, membungkus durjana  cinta menjadi kenangan yang membatu Dalam semu ia kian berdebu, tanpa singgasana rindu yang bertahta Halai- balai rupa bersemi dalam potret senja Hiasi  swastamita yang merekah dalam bias jingga Bersemi bagai dian ketika malam menjelma Tentang rasa yang ingin mencari pemilik takdirnya Padang, 24 Oktober 2018

Filantropi di Dermaga Persimpangan

Kita hanyalah dua insan yang bertemu di persimpangan Bersama arunika, kita sulam bahtera cinta yang merekah Merajut mesra dalam filantropi memori berkasih Gubahan dalam simfoni, sang penawar luka sembilu Di persimpangan jalan, tepat dalam lakuna kehampaan Dalam riuh yang bergemuruh dan di kolong rinai hujan Kita berjalan seirama, membias jingga dalam euforia cinta Berkelakar dengan fatamorgana harapan semu yang kian bergemuruh Bersama temaram senja, di bawah petala langit yang merona Berlabuh renjana di telaga penantian Ikrar suci tentang hati yang kau singgahi Tepat di hatiku, takdir cintamu bersemi dan meraki Anjangsana cintamu telah ku sambut dengan kerelaan Saujana, lakuna hatiku telah menemukan takdir nirmala Dalam retorika aksara rindu, senandika sukmaku berlabuh di dermaga ufuk hatimu Sungguh! Kau adalah anugerah dari senandung sujud malamku

Rinduku Bersama Senja dan Kenangan

Senja hari itu adalah tentang kita yang bertemu secara kebetulan Bermula dengan sebuah senyuman yang kau lontarkan Bercengkrama bersama senja sejenak dalam keheningan Hingga senja itu adalah waktu yang ingin terus kukenang Kisah kita tentang senja itu berlalu bagai angin lalu Bagai berjalan tanpa tujuan, dan berlalu dengan cepat laksana cahaya kilat Kini hanya ada setitik rindu yang terus mengganggu Rindu yang menggebu, bergejolak dalam kalbu Akhir senja itu, yang ada hanya kenangan Berbingkai untaian doa dan bisikan rindu yang teramat dalam Berhias mahligai cinta yang sederhana Tentang rinduku bersama senja dan memori kisah kita